“Indonesia adalah wilayah yang sangat rawan terhadap bencana alam. Oleh karena itu, Indonesia harus siap menghadapi risiko bencana alam dengan cara membangun budaya literasi bencana alam. Baca selengkapnya untuk mengetahui lebih lanjut mengenai potensi bencana alam dan cara untuk siap menghadapinya.”

Indonesia adalah wilayah yang sangat rawan terhadap bencana alam. Hal ini disebabkan oleh kepulauan nusantara yang berada di dalam zona tektonik dan berderet gunung api aktif, serta karakteristik geografis dan geologi yang menjadikan wilayah Indonesia sebagai salah satu kawasan rawan banjir.

Laporan World Bank tahun 2016 menyatakan bahwa kerusakan akibat bencana alam menyebabkan kerugian ekonomi yang cukup besar karena sekitar 75% infrastruktur industri dan konektivitas dasar di Indonesia, termasuk sarana pendukungnya, dibangun di kawasan rawan bencana. Bahkan, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat ada 902 kejadian bencana alami di tanah air sejak 1 Januari hingga 25 Maret 2021.

Oleh karena itu, Indonesia harus siap menghadapi risiko bencana alam dengan cara membangun budaya literasi bencana alam. Kejadian alam umumnya terjadi secara dinamis dan berkelanjutan, sehingga arsip mengenai kejadian bencana alam sangat diperlukan untuk mengetahui lokasi rawan bencana atau kawasan multi-bencana.

Baru-baru ini, Perpustakaan Nasional Republik Indonesia memberikan dukungan kepada Arsip Nasional R.I yang membangun Pusat Studi Arsip Bencana Alam di Aceh. Perpustakaan Nasional juga memiliki banyak sekali naskah yang menjelaskan tentang bencana alam, seperti manuskrip, buku langka, buku elektronik, artikel, dan surat kabar. Ada juga naskah Bugia (Kutika), naskah Melayu, naskah Jawa (Palilindon, Pararaton, Babad Momana dan Sengkala) yang berisi cerita bencana di masa lalu.

Kepala Perpustakaan Nasional (Perpusnas), Muhammad Syarif Bando menyatakan bahwa Pusat Studi Arsip Bencana Alam merupakan cara untuk menjelaskan kepada masyarakat tentang potensi bencana alam yang bisa menjadi pembelajaran bagi dunia. Menurut beliau, hal yang paling penting dalam menyadarkan masyarakat tentang kesadaran bencana alam adalah dengan menuliskan atau membuat buku setiap kejadian terkait bencana.

Sementara itu, Plt Kepala Badan Koordinasi Nasional (BKN), Bima Haria Wibisana menyatakan bahwa masyarakat adalah pihak yang perlu menerima informasi terkait bencana alam agar dapat mengerti dan bereaksi cepat ketika terjadi bencana. Oleh karena itu, Pusat Studi Arsip Bencana Alam ini merupakan upaya pemerintah dalam memberikan sarana literasi masyarakat tentang hidup di kawasan rawan bencana. Selain itu, tujuan dari dibangunnya Pusat Studi Arsip Bencana Alam ini adalah untuk menjadi bahan rujukan dalam pengendalian bencana.

Seluruh penyelenggaraan kearsipan mengenai bencana alam harus dilakukan dengan keterpercayaan, dimana yang dimaksud dengan “arsip terpercaya” adalah arsip yang isinya dapat dipercaya secara penuh dan akurat karena merepresentasikan secara lengkap dari suatu tindakan, kegiatan atau fakta, sehingga dapat diandalkan untuk kegiatan selanjutnya dan dapat digunakan sebagai bukti serta bahan akuntabilitas.

Jika Anda tertarik untuk membaca artikel lain mengenai dunia kearsipan, kunjungi kami untuk membahas mengenai kearsipan, serta tips dan trik pengelolaan arsip secara efisien, efektif, dan sistematis.