“Pelajari tentang sejarah Indonesia yang sebenar melalui sumber-sumber sejarah yang otentik seperti arsip, dokumen, dan monumen. Pemerintah saat ini sudah melakukan upaya untuk mengelola dan mengdigitalisasi arsip sejarah.”

Sejarah adalah cerita tentang peristiwa, kisah, atau kronologi yang benar-benar terjadi di masa lalu. Peristiwa-peristiwa tersebut didukung oleh bukti-bukti yang kuat atau yang dikenal sebagai sumber sejarah. Sumber sejarah dapat dikelompokkan menjadi tiga jenis: dokumenter, korporal, dan lisan.

Sumber dokumenter adalah bahan dan rekaman sejarah dalam bentuk tulisan, sumber korporal adalah benda seperti bangunan, patung, alat, fosil, artefak, dan sebagainya, sedangkan sumber lisan adalah sejarah yang diterima melalui lisan dari seseorang yang masih hidup dan dapat direkam.

Dalam melakukan penelitian sejarah, para peneliti sering menggunakan dokumen atau arsip daripada sumber lisan dan artefak. Oleh karena itu, dalam konteks penelitian sejarah, arsip dapat diklasifikasikan sebagai sumber primer, karena arsip adalah pengetahuan tangan pertama dari suatu peristiwa atau kejadian yang terjadi.

Meskipun begitu, pemerintah dahulu kurang efektif dalam mengelola arsip, yang ditunjukkan oleh konflik di perbatasan dengan Malaysia di Tanjung Datu dan Camar Bulan di Kalimantan Barat. Jika Indonesia memiliki bukti otentik yang jelas seperti peta atau bukti tertulis, maka Indonesia akan memiliki argumentasi yang kuat dalam tingkat internasional.

Selain itu, beberapa kasus besar di tatanan negara tentang hilangnya arsip atau sulitnya menemukan arsip telah menjadi masalah umum, seperti teks Proklamasi 17 Agustus 1945 yang pernah dinyatakan hilang ketika akan dipatenkan di Tugu Monas Jakarta.

Saat ini, Pemerintah Indonesia mulai meningkatkan kesadaran dan upaya dalam pengelolaan arsip, salah satunya adalah dengan melakukan digitalisasi arsip. Beberapa arsip sejarah yang sudah diolah dengan teknologi ini di antaranya arsip VOC, diikuti oleh arsip Konferensi Asia Afrika (KAA) dan arsip Gerakan Non Blok. Kedua arsip terakhir ini bahkan diusulkan sebagai Memory of the World oleh UNESCO. Sebelumnya, arsip Babad Diponegoro dan arsip Negara Kertagama sudah diakui sebagai Memory of The World oleh UNESCO, sehingga mudah diakses di situs resmi UNESCO. Lagu Rasa Sayange, batik, dan angklung juga sudah diakui sebagai warisan budaya nasional oleh UNESCO, termasuk wayang dan keris.

Kunci untuk memasuki dunia sejarah adalah melalui sumber-sumber seperti legenda, folklor, prasasti, monumen hingga dokumen-dokumen, surat kabar, dan surat-surat. Semua sumber sejarah tersebut merupakan rekaman aktivitas manusia. Segala sumber sejarah tersebut tidak akan bisa diteruskan dari generasi ke generasi tanpa adanya kesadaran pengelolaan sumber atau kesadaran arsip yang dimiliki.

Dengan memposisikan arsip sebagai pengetahuan dalam penelusuran warisan suatu bangsa, ini menunjukkan relevansi dengan peran dan kedudukan arsip yaitu sebagai pusat ingatan, sumber informasi dan alat pengawas yang sangat dibutuhkan dalam setiap organisasi dalam perencanaan, analisis, pengembangan, pembuatan kebijakan, pengambilan keputusan, laporan pertanggungjawaban, evaluasi dan pengendalian yang tepat.

Selain itu, kesadaran nasional berasal dari kesadaran sejarah, kesadaran sejarah akan terbangun dengan baik dari kesadaran dokumentasi (arsip) bangsa ini. Kesadaran tersebut dapat berfungsi sebagai sumber inspirasi kebanggaan nasional dan memperkuat kebanggaan Indonesia. Kesadaran sejarah juga memperkuat identitas nasional sebagai simbol solidaritas nasional, hal ini berarti pertentangan-pertentangan yang mengarah pada perpecahan bangsa dapat dicegah.